Abrasi dan Puting Beliung Gempur Jembrana - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

5/14/16

Abrasi dan Puting Beliung Gempur Jembrana

Jembrana, Dewata News.com Bencana abrasi yang terjadi di pesisir pantai Jembrana sudah menjadi rahasia umum lantaran sulit dan lambannya penanganan. Sehingga selama bertahun-tahun abrasi di sana makin memburuk dan mengkhawatirkan. Seperti yang terjadi di pesisir pantai Pebuahan, Desa Banyubiru, Jembrana, abrasi menggempur belasan rumah warga dan bangunan warung makanan.


Dari pantauan yang dilansir  POS BALI, Jumat (13/5), abrasi  di pantai Pebuahan ini sangat parah. Sejumlah warga pun tetap memilih bertahan meskipun air laut masuk ke dalam rumahnya. Mereka enggan berpindah lantaran tidak memiliki tempat untuk mengungsi.

Air laut juga terlihat menggenangi jalan desa menuju pusat warung kuliner tersebut. Bahkan, sejumlah deretan kaping berisikan pasir yang dibuat warga setempat secara swadaya guna menahan abrasi sudah tidak mampu lagi membendung tingginya gelombang air laut. Kondisi ini sangat mengancam tanah warga dan pemukiman penduduk. Padahal, pantai Pebuahan ini selalu ramai dikunjungi warga untuk berekreasi sambil menikmati sajian kuliner, terutama saat hari libur maupun hari raya.

Sejumlah warga Pebuahan mengatakan, ombak besar kembali terjadi sejak tiga hari lalu. Dikatakannya, puncak gelombang tinggi air laut terjadi pada Rabu (11/5) sekitar pukul 13.00 Wita. “Saat itu tinggi gelombang air laut mencapai 3-4 meter lebih hingga masuk warung-warung lesehan dan rumah warga,” kata Hariyanto, salah seorang pemilik warung di Pebuahan.

Banyak warga berharap agar pemerintah segera memberikan senderan sepanjang pantai ini. “Sebenarnya dari dulu kami sudah dijanjikan senderan abrasi oleh Pemerintah Pusat. Katanya sudah diukur, tapi sampai sekarang belum ada apa-apanya. Kalau saya pindah dari rumah ini, saya tidak tahu ke mana,” ujar Jumariah, warga yang rumahnya hanya berjarak sejengkal dengan air laut.

Kelian Banjar Pebuahan, Kanzan, mengakui perihal abrasi yang kian menjadi-jadi ini. “Sebenarnya saya sudah berulang kali berkoordinasi dengan Pemkab Jembrana maupun Pemprov Bali. Bahkan tim dari Pemerintah Pusat dengan konsultannya sudah sempat melakukan pengukuran di lokasi gempuran abrasi. Namun sampai saat ini tidak ada apa. Sehingga sekitar 200 KK warga kami tidak bisa hidup tenang,” jelasnya.

Sementara itu, angin putting beliung juga terjadi di Banjar Dangin Berawah, Desa Perancak, Jembrana sehingga memporak-porandakan sejumlah rumah warga. Akibatnya, bubungan atap rumah warga terangkat dan beterbangan. Beruntung, peristiwa ini tidak sampai menelan korban jiwa.

Bencana alam ini sebenarnya terjadi pada Kamis sekitar pukul 19.30 Wita. Berawal dari hembusan angin dari arah selatan, dengan sekejap mata, memporak-porandakan empat rumah warga sehingga genteng rumah warga terangkat dan beterbangan. Warga yang panik hanya bisa menyelamatkan diri tanpa bisa menyelamatkan siapapun.

Anginnya kencang, Atap rumah pada beterbangan, puting beliung ini datang dengan sekejap. Ya, paling lama sekitar 2 menit. Angin itu datang membentuk seperti pusaran dan hanya menerbangkan empat  unit atap rumah warga yang terbuat genteng dan asbes. Rumah-rumah tersebut masing-masing milik I Ketut Meden (47), I Ketut Meden (47), I Ketut Suardana (37) dan I Putu Darmika (42) yang diperkirakan menderita kerugian sekitar Rp5 juta. Perbekel Perancak, I Nyoman Wijana, membenarkan rumah warganya terkena musibah.

Staf BMKG Jembrana, Rahmat, mengatakan, saat ini merupakan masa transisi musim. Biasanya pada masa transisi ini berpotensi timbulnya angin puting beliung. Ciri-ciri kemunculan angin puting beliung ditandai dengan munculnya awan hitam. “Kami imbau masyarakat agar jika muncul awan hitam itu bisa saja terjadi angin puting beliung. Pada setiap transisi musim, besar kemungkinan munculnya angin puting beliung yang datangnya secara tiba-tiba,” jelasnya. (DN ~ PB)

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com