Gedong Kirtya, Museum Lontar Satu-satunya di Dunia - Dewata News

Breaking News

Gold Ads (1170 x 350)

12/6/15

Gedong Kirtya, Museum Lontar Satu-satunya di Dunia

   Gedong Kirtya Wisata Sejarah

Gedong Kirtya merupakan satu-satunya Museum Lontar di Bali, bahkan di Dunia yang dibangun tahun 1928 oleh cendekiawan asal Belanda.

     Pentingnya historis yang dimiliki ini, pengelola Museum Lontar Gedung Kirtya, Buleleng, Bali berkeinginan untuk memiliki ruangan kedap suara dan kedap udara sebagai tempat penyimpanan lontar. Namun keinginan ini masih belum dapat terpenuhi.

    ”Ruangan ini diperlukan agar lontar yang tersimpan tidak mudah rusak karena keteraturan suhu,” kata Kepala UPTD Gedong Kirtya, Putu Gede Wiriasa di Singaraja, Sabtu (05/12)..
 
     Ia mengungkapkan, belum terpenuhinya kekurangan museum lontar ini, karena terbatasnya anggaran yang dikucurkan kepada pengelola.

     Kendati demikian, Wiriasa tidak bersedia menyebutkan besaran anggaran yang dikucurkan Pemkab Buleleng kepada pengelola setiap tahunnya.

  Museum Lontar Gedong Kirtya Wisata Sejarah di Singaraja Bali
                                   .
     Ia hanya mengisyaratkan jika anggaran yang dikucurkan masih sangat minim untuk mengelola museum.

    “Kalau kita cari ruangan lontar harus betul-betul ruangannya kedap suara, dari suhunya bisa diatur bagus sebenarnya, namun mengingat dari segi pendanaan masih kurang sehingga masih belum bisa,” imbuhnya.

     Museum lontar ini terdiri dari lima bangunan. Setiap bangunan memiliki fungsi masing-masing. Di antaranya, gedung pertama untuk lontar dan buku-buku, kedua untuk salinan, ketiga untuk TU, ke-empat ruang pameran dan kelima untuk ruang perbaikan lontar.

     Kini Museum Lontas Gedong Kirtya yang berlokasi di area Puri Seni Sasana Budaya Singaraja, Bali saat ini memiliki 1.757 koleksi lontar. Sementara salinannya sebanyak 4.867 salinan.

      Dari jumlah itu, salinan yang belum disalin menjadi lontar mencapai 3.110 salinan.

     Wiriasa mengatakan, pengunjung maupun peneliti yang berkunjung lebih membutuhkan lontarnya daripada salinannya.


     Pengunjung melihat-lihat koleksi lontar di UPTD Gedong Kirtya

      Begitu pula wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ingin melihat koleksi lontar yang tersimpan.

      “Dari salinan lontar, kami salin menjadi lontar. Karena peneliti yang sering meneliti lontar lebih butuh lontarnya, sehingga lontarnya harus banyak kami munculkan. Dari jumlah ini berapa yang harus kami salin menjadi lontar masih kurang banyak. Tamu asing juga, mereka biasanya ke sini ingin lihat lontarnya,” ujarnya.

     Setiap tahun Gedong Kirtya di Buleleng, Bali menerbitkan buku-buku dari kumpulan lontar. Dan, kini museum ini telah menerbitkan 27 judul buku selama delapan tahun terakhir, termasuk empat judul buku yang diterbitkan tahun 2015 ini.

   Kadisbudpar Buleleng Gede Suyasa ketika menerima warga Menyali Serahkan Lontar
Untuk Gedong Kirtya.
            
     “Dari lontar, kami alih aksara dulu kemudian alih bahasa, baru kami cetak. Tahun ini salah satunya ada dari Celukbuluh, lontar-lontar yang diserahkan oleh masyarakat, kami akan cetak. Itu yang kami cetak yang diperlukan oleh masyarakat. Misalnya, seperti usada, pawecakan banten dalam upacara-upacara, dari salinan itu menjadi buku tentang banten.

      Tahun 2016 mendatang belum kami prediksi apa-apa yang akan kami cetak, kami lihat dulu anggarannya. Karena mencetak buku itu’kan perlu anggaran, berapa anggarannya nanti  dikucurkan pemkab Buleleng harus disesuaikan,” imbuhnya.—

Pemred Dewata News: Made Tirthayasa

No comments:

Post a Comment

Redaksi DEWATA NEWS menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan di DEWATA NEWS . Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Pembaca berhak melaporkan komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA. Redaksi DEWATA NEWS akan menilai laporan dan berhak memberi peringatan dan menutup akses terhadap pemberi komentar.

Terimakasih
www.dewatanews.com